4 Mar 2011

Lagi-lagi Uang...

Berbicara soal uang, sekilas sebagian orang akan mengatakan "ah materei". Mungkin orang seperti ini tiap hari melihat materei ya sehingga di pikirannya sudah terekam dengan baik kata materei ini (hehe just kidding). Sebelum kita mengeluarkan kata seperti ini sebaiknya kita menyimak kutipan orasi seorang Anis Matta, seorang ustad, pengusaha, dan aktif berpolitik dengan sedikit editan versi penulis. Beliau menyampaikan setiap orasinya dengan semangat membara di setiap kesempatan.

"Aset politik ada tiga: ide, Orang, dan uang." dan seterusnya. Namun yang akan saya singgung di sini adalah aset yang ke tiga yaitu uang. Lanjutnya lagi, "Uang ini maksudnya adalah semua sarana yang kita perlukan di luar oang dan ide".

Kemudian menyinggung tentang mindset bahwa "mindset kita tentang uang juga perlu dirubah. Ada pesan bank Indonesia ysng sangat bagus di iklan terakhinya itu, "Bersikaplah sopan terhadap uang, jangan diremas-remas, sopanlah. "Menurut Allah swt, "Janganlah kamu berikan harta-harta kamu kepada orang-orang bodoh, yaitu apa yang telah Allahjadikan dengan harta itu suatu urusan menjadi tegak".

Dalam Kitab Islahul Maal yang ditulis oleh Ibnu Abi Dunya (weits…namanya keren), beliau menyebutkan mengapa Islam menganjurkan umatnya menjadi kaya. Salah satu sebabnya adalah karena uang itu merupakan hal yang dijadikan sebagai sumber kebanggaan manusia di antara sesamanya. Dan iu membuat orang mendapatkan strata social yang terhormat di tengah masyarakatnya. Islam menginginkan umatnya itu terhormat di antara kaum-kaumnya, di antara sesamanya, di antara umat-umat yang lain.

Islam menginginkan agar umatnya mempunyai kebanggan seperti itu di depan umat-umat yang lain. Jadi, kita harus memikirkan berapa besar sarana yang kita perlukan dalam menjalankan kewajiban-kewajiban kita (dakwah). Dalam orasi tersebut dicontohkan oleh Anis Matta bahwa ada sebuah keluarga da’i memiliki 11 atau 12 orang, dan punya mobil hanya satu, sedang suami dan istrinya juga bekerja di luar. Dengan anak-anaknya yang banyak yang akan ke sekolah waktu yang bersamaan juga. Kemudian dia bertanya kepada Anis Matta “Akh (saudaraku) gimana nih, ana (saya) perlu beli beli mobil lagi nggak?” “minimal mobilnya tiga. Satu untuk antum (anda), satu untuk istri, satu untuk anak-anak.” Kemudian dijawab oleh Anis Matta

Menurutnya bahwa harus diberi sarana juga untuk istri. Istri sudah diberi beban mengurus keluarga, amanah da’wah, tetapi tidak dikasih fasilitas, itu namanya dzalim. Mengurus anak saja sudah menyerap begitu banyak kesehatan tuuhnya. Banyak melahirkan. Sudah begitu dikasih beban banyak lagi. Katanya lagi bahwa masih bagus laki-laki tidak mempunyai beban melahirkan. Ini perempuan sudah mempunya beban melahirkan, habis melahirkan dikasih beban da’wah, tapi tidak diberi fasilitas. Termasuk untuk transportasinya. Sarana ini wajib karena itu fasilitas yang logis buat mereka.

Masalah uang janganlah dianggap kemewahan. Karena di dalam Islam definisi kewajian Negara kepada warga itu ada dua lapis yaitu fardhu kifayah, yaitu batas kecukupan, batas ini ada yang kita makan, ada yang kita pakai, dan ada yang kita tinggali. Itu minimal, artinya mempunyai rumah bukan suatu kemewahan.

Rasulullah saja mengatakan, “Cukuplah bagi seseorang itu, bahwa dia punya satu rumah dan seorang pembantu.” Namun hadist tersebut tidak terpotong sampai di situ saja, masih dijelaskan lagi jumlah ruangan/kamar yang harus ada dalam sebuah rumah. Jadi tempat tinggal, pakaian dan makanan itu yang paling minimum. Tapi Negara punya kewajiban lebih dari itu, yang disebut dengan tamamul kifayah (kesempurnaan kecukupan). Selain 3 macam itu, tempat tinggal, makan, dan pakaian, kemudian ditambah lagi dengan kesehatan, pendidikan serta fasilitas kerja. Kalau seorang dosen diharuskan punya laptop, maka itu wajib. Hmm…jadi ingat kisruh di DPR para aleg pengen punya laptop.

Yah begitulah kira-kira sekilas menyinggung soal uang. Semoga bermanfaat. Sebab kita memiliki kewajiban membangun Negara ini dan kita membutuhkan hitung-hitungan, memperkirakan berapa ongkosnya. Maka dari itu mulailah membangun mindset kita dari sekarang.

Komentar Anda



Tidak ada komentar:

Posting Komentar